BERITA mengejutkan ketika manajemen perusahaan The Newsweek Daily Beast Company, penerbit majalah berita mingguan berpengaruh, Newsweek mengumumkan bahwa majalah ini terakhir terbit, 31 Desember 2012. Betapa mengejutkan sebab Newsweek merupakan majalah ini oplahnya terbesar kedua di Amerika Serikat setelah majalah Time.Majalah ini hanya bisa bertahan hidup selama hampir 80 tahun. Pertama kali terbit, 17 Februari 1993 dan berakhir bulan depan. Pengumuman mengejutkan tersebut disampaikan, 18 Oktober 2012 atau sebulan lalu.Bagi pembaca setia Newsweek, kabar ini menyayat hati. Majalah tak dapat lagi ditemukan di newsstand. Newsweek bakal dikenang melalui bundelannya.Mengapa Newsweek harus berhenti terbit? Ini dikarenakan adanya konvergensi media. Newsweek akan hadir dengan tampilan baru melalui media daring (online). Dapat dibaca melalui PC, desktop, smartphone, dan tablet.Zaman telah berubah. Inilah era new media.Hal dialami Newsweek juga dialami News York Time dan Fortune. Semuanya media Amerika Serikat.Lantas bagaimana dengan media di Indonesia, media di Makassar?Tribun Timur berinovasi melalui portal berita tribun-timur.com dan Tribun Timur Digital Newspaper. Berita Tribun dapat diakses melalui berbagai perangkat dan gratis. Warga Makassar memiliki karakteristik mengakses internet melalui perangkat mobile.Media lokal lain baru akan memulainya serta mencobanya. Inilah adaptasi new media.Mengapa haru new media? Ini merupakan era baru media yang mengandalkan teknologi internet. Di internet, semua informasi tersaji. Berita dapat diakses melalui berbagai platform."New media memiliki benefit berupa proses produksi berita melalui cross media. Berita tak hanya tersaji melalui versi cetak, bisa melalui versi mobile" kata Redaktur Pelaksana Viva News, Suwarjono pada Training New Media yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen dan Ford Foundation di Baruga Telkomsel, Jl Andi Pangerang Petta Rani, Makassar, Jumat (23/11/2012).Perkembangan new media sejalan dengan teknologi internet. Internet berkembang karena tarifnya kian murah. Biaya berlangganan untuk internet mobile paling mahal Rp 100 ribu. Informasi di internet juga tersaji lengkap. Makanya media online pun tumbuh subur. Akses media online dapat melalui perangkat mobile.Harga smartphone, tablet kian murah. Akses mobile juga kian tumbuh subur.Digital Business Specialist Telkomsel, Khomeini Mujahid menyebutkan, 65 persen orang Indonesia saat ini menggunakan smartphone dan 70 persen adalah pengguna jaringan pita lebar atau broadband.Telkomsel mendukung kerja jurnalis dengan menghadirkan layanan berkualitas. Kerja jurnalis saat ini juga bergantung pada kualitas jaringan internet."Sebanyak 58 persen jurnalis mengakses internet setiap hari," sebut Khomeini.Telkomsel terus berupaya menghadirkan jaringan internet tercepat. Media online mengedepankan kecepatan.Kecepatan (timeline) penyajian informasi pada media online kini bersaing dengan kecepatan penyajian informasi pada media televisi. Breaking news televisi lahir pascalahirnya media online."Media online mengutamakan timeline, namun jangan mengabaikan akurasi," kata Pemimpin Redaksi Merdeka.com, Didik Supriyanto.Ketidakakurasian menyebabkan menurunnya kepercayaan publik pada media tersebut. Kendati ada ralat, namun semakin sering meralat pun dapat berpengaruh pada kepercayaan pembaca.Paling penting bagi jurnalis media online, kata Didik, jangan menggunakan pola kerja media cetak. Situs berita Astaga.com mati karena jurnalisnya menggunakan pola kerja media cetak.(tribun-timur.com/edi)
Sumber : Tribun-Timur Makassar